Sunday, March 4, 2012

Ringkasan Jurnal

Ananggadipa Abhimantra (20210640)
Sigit Satria (26210544)
SMAK04

RINGKASAN JURNAL : THE DISCOVERY OF COMPARATIVE
ADVANTAGE

Suatu negara akan cenderung untuk mengkhususkan diri atau melakukan spesialisasi dalam melakukan produksi serta ekspor barang karena dengan melakukan hal demikian maka negara tersebut dapat memenuhi kebutuhannya atau bahkan bisa memperoleh keuntungan jika barang yang di impor dari negara lain dapat diperoleh lebih murah dibandingkan jika harus memproduksi sendiri barang komoditi tersebut.
Spesialisasi akan produksi suatu barang komoditi akan membuat suatu negara memiliki keunggulan komperatif dibandingkan negara lainnya. Keunggulan komperatif yang dimiliki masing – masing negara akan menyebabkan terjadinya pertukaran komoditi untuk memenuhi kebutuhan masing – masing negara yang tidak dapat dihasilkan oleh negara itu sendiri.




Apabila dalam suatu perdagangan terjadi kondisi seperti yang terjadi di table di atas, maka tidak terjadi pertukaran barang komoditi. Hal ini disebabkan karena Inggris tidak memiliki keunggulan komperatif dibandingkan dengan Polandia. Di Polandia membutuhkan 100 hari untuk menghasilkan jagung, kemudian Inggris membutuhkan waktu 200 hari untuk menghasilkan jagung. Begitu juga untuk menghasilkan kain, Polandia hanya membutuhkan 100 hari, sedangkan Inggris membutuhkan waktu 150 hari. Oleh sebab itu, apabila Inggris cenderung untuk melakukan spesialisasi di satu komoditi dan akan membuat suatu keunggulan komparatif dari Polandia, maka akan terjadi sautu pertukan diantara kedua negara tersebut.

Jadi, Spesialisasi dalam kegiatan produksi akan membuat negara memiliki keunggulan tersendiri bagi negara bersangkutan. Ketika negara tersebut melakukan pengkhusuan diri dalam memproduksi barang maka sumber daya yang dimiliki negara tersebut akan tercurah sebagian besar untuk produksi pada suatu jenis barang. Hal ini akan menyebabkan surplus dari barang tersebut sehingga memungkinkan negara tersebut melakukan ekspor ke negara lain yang membutuhkan barang tersebut. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhannya yang tidak bisa dihasilkan didalam negeri, maka negara tersebut membutuhkan impor dari negara lain. Sehingga terjadilah pertukaran komoditi antar negara. Akan tetapi jika suatu negara tidak memiliki keunggulan komparatif maka akan sulit untuk terjadi pertukaran dengan negara lain.



RINGKASAN JURNAL : EXPORT COMPETITIVENESS OF MALAYSIAN ELECTRICAL AND ELECTRONIC (E&E) PRODUCT: IMPACT OF EMERGING CHINA



E&E, Electrical and Electronic adalah produk ekspor Malaysia yang memfokuskan kegiatan ekspornya pada semikonduktor, produk telekomunikasi, peralatan listrik, printed circuit board dan disk drive, printer dan PC. Studi mengenai tingkat persaingan Malaysia E&E tahun 1990-2004 dengan Negara-negara penguasa pasar dunia seperti USA, Singapura, Jepang dan Hongkong, menggunakan metode Constant Market Share (CMS) dan Revealed Comparative Advantage (RCA). Studi ini untuk mengetahui seberapa luas atau seberapa besar daya saing Malaysia dengan Negara-negara di dunia yang menjadi pesaing di bidang ekonomi, karena memang Malaysia adalah Negara yang mempunyai nilai kapasitas ekspor yang cukup tinggi selain ke empat Negara tadi.


Terjadinya keuntungan dan kerugian ekspor Malaysia E&E pada tahun 1990-1994, 1995-1999 dan 2000-2004 mengalami perubahan yang disebabkan oleh berbagai efek. Beberapa efek tersebut antara lain :

1.Structural Effect yang terdiri atas growth effect, market effect, commodity effect dan structural interaction effect.
2. Competitive Residual yang terdiri atas General Competitive Effect dan Specific Structural Effect
3. Second Order Effect yang terdiri atas Pure Second Order Effect dan Dynamic Structural Residual


Periode 1990-1994, ekspor Malaysia E&E sudah menunjukkan daya saing mereka yang berarti terjadi peningkatan nilai ekspor produk E&E yang disebabkan karena perubahan bentuk ekspor Malaysia menunjukkan interaksi yang menguntungkan terhadap pola permintaan pasar international. Efek competitive residual mempunyai peran utama terhadap peningkatan daya saing produk E&E tersebut.

Periode 1995-1999, efek struktural (Structural Effect) mempunyai pengaruh yang lebih dominan dari pada efek yang lain dalam menjelaskan perubahan pada nilai ekspor Malaysia. Pada periode ini Malaysia mulai mengkhususkan diri untuk mengekspor produk E&E yang memiliki tingkat keuntungan yang kompetitif, sehingga terjadi peningkatan permintaan produk E&E tertentu.

Periode 2000-2004, terjadi sedikit peningkatan terhadap semua efek yang mempengaruhi nilai ekspor tersebut. Oleh karena itu perubahan pada nilai ekspor sebagian hanya disumbangkan dari efek competitive residual tetapi yang lebih utama dari efek struktural, yaitu dari spesialisasi terhadap nilai tambah produk dan jumlah permintaan produk yang tinggi.




No comments:

Post a Comment